Kisah Nabi ilyas AS
Beliau
adalah seorang utusan Allah SWT. Telah terjadi pertentangan antara beliau dan
kaumnya tentang berhala yang bemama Ba'l. Nabi Ilyas menyeru di jalan Allah SWT
dan mengajak kaumnya tetapi kaumnya mengabaikannya. Mereka cenderung kepada
Ba'l.
Selesailah halaman
kehidupan dunia dan mereka dihadirkan di hadapan Allah SWT pada hari kiamat.
Allah SWT menceritakan hal tersebut dalam firman-Nya:
"Dan
sesungguhnya Ilyas termasuk salah seorang dari rasul-rasul. (Ingatlah) ketika
ia berkata kepada kaumnya: 'Mengapa kamu tidak bertakwa? Pantaskah kamu
menyembah Ba'l dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, yaitu Allah Tuhanmu
dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?' Maka mereka mendustakannya, karena itu
mereka akan diseret (ke neraka), kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan
(dari dosa). Dan Kami abadikan untuk Ilyas (pujian yang baik) di halangan
orang-orang yang datang kemudian. (Yaitu) kesejahteran dilimpahkan atas Ilyas?
Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan hepada orang-orang yang berbuat
baik. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman." (QS.
ash-Shaffat: 123-132)
Hanya
ayat-ayat yang pendek ini yang Allah SWT sebutkan berkaitan dengan kisah Nabi
Ilyas. Dan pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang menyatakan bahwa
Ilyas adalah seorang Nabi yang bernama Ilya dalam Taurat. Injil Barnabas
mengemukakan nasihat-nasihat Ilya. Tentu nasihat-nasihat tersebut tidak begitu
terkenal dalam Taurat. Kami akan menyebutkan nasihat-nasihat tersebut karena di
dalamnya terdapat hikmah yang dalam dan ketulusan hati. Pesan tersebut terdapat
dalam injil Barnabas dari ayat 23 sampai ayat 49. Disebutkan di dalamnya bahwa
:
"Ilya
adalah hamba Allah. Hal ini ditulis bagi semua orang yang menginginkan untuk
berjalan bersama Allah Pencipta mereka. Sesungguhnya orang yang suka untuk
banyak belajar maka ia akan sedikit takut kepada Allah. Karena orang yang takut
kepada Allah maka ia akan merasa puas untuk mengetahui apa-apa yang diinginkan
Allah saja. Hendaklah orang-orang yang menginginkan untuk mengerjakan amal-amal
yang saleh memperhatikan diri mereka karena seseorang tidak akan memperoleh
manfaat ketika mendapati dunia mendapatkan keuntungan sementara ia mendapati
kerugian. Selanjutnya, hendaklah orang yang mengajari orang lain berusaha untuk
lebih baik daripada orang lain karena tidak akan bermanfaat suatu nasihat yang
diberikan oleh orang yang tidak mengamalkan apa yang dikatakannya. Sebab,
bagaimana seorang yang salah dapat memperbaiki kehidupannya sementara ia
mendengar seorang yang lebih buruk darinya berusaha untuk mengajarinya. Kemudian hendaklah
orang yang mencari Allah berusaha lari dari percakapan dengan manusia karena
Musa ketika berada sendirian di atas gunung Saina' maka beliau menemukan Allah
dan berdialog dengan-Nya sebagaimana seorang pecinta berdialog dengan
kekasihnya. Dan hendaklah orang-orang yang mencari Allah berusaha keluar sekali
setiap tiga puluh kali ke tempat yang biasa di jadikan perkumpulan oleh
masyarakat dunia. Karena boleh jadi ia dapat melakukan suatu amal pada satu
hari saja namun dihitung amalnya itu selama dua tahun, khususnya berkaitan
dengan pekerjaan yang di situ ia mencari ridha Allah. Hendaklah ketika ia
berbicara tidak melihat ke arah mana pun kecuali ke arah dua kakinya, dan
ketika ia berbicara hendaklah mengatakan hal yang penting saja.
Hendaklah
ketika ia makan tidak berdiri dari meja makan dalam keadaan kekenyangan. Dan
hendaklah mereka berpikir setiap hari karena boleh jadi mereka tidak akan
menemui hari berikutnya. Dan hendaklah mereka benar-benar memanfaatkan waktu
mereka sebagaimana mereka selalu bernafas. Hendaklah satu baju dari kulit
binatang cukup untuk mereka. Hendaklah mereka setiap malam berusaha untuk tidur
tidak lebih dari dua jam. Hendaklah mereka berusaha berdiri di tengah-tengah
salat dengan rasa takut.
Kerjakanlah semua ini
dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT dengan menjunjung tinggi syariat-Nya
yang Allah SWT karuniakan kepada kalian melalui Nabi Musa. Karena dengan cara
seperti ini, kalian akan menemukan Allah SWT dan kalian akan merasakan pada
setiap zaman dan tempat bahwa kalian berada di bawah naungan Allah SWT dan Dia
akan selalu bersama kalian."
Kisah Nabi ilyasa AS
Nabi Ilyasa adalah anak Akhtub bin 'Ajuz, yang lalu
diangkat anak oleh Nabi Ilyas A.S. Beliau diangkat oleh Allah menjadi rasul
sebagaimana telah tersebut di dalam
AI-Qur'an. Artinya:
“ Adapun Ismail, Ilyasa, Yunus dan Luth, semuanya itu
teiah Kami berikan kepadanya keiebihan derajatnya di atas umat (di masanya).”
(QS. Al An'aam: 86).
Pada zaman Nabi
Ilyasa, rakyat hidup aman dan makmur karena umatnya selalu patuh kepada
perintah dan ajaran Nabi Ilyasa. Kemudian setelah Nabi Ilyasa meninggal dunia,
umatnya (Bani lsrail) meninggalkan hukum Taurat. Mereka mengambil jalan yang
salah, yang makin hari makin bertambah kekufuran dan kedurhakaan mereka kepada
Allah, sehingga Allah melenyapkan nikmat dan kesenangan dari mereka.
Ia putra dari paman
Nabi Ilyas. Melaksanakan dakwah setelah Nabi Ilyas wafat. Karenanya dalam
berdakwah ia berpegang pada syari’at dan metode nabi Ilyas. Al Qur’an tidak
menguraikan tentang Nabi Ilyasa.
Hanya dijelaskan.”Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, Dzulkifli. Semuanya
termasuk orang-orang yang paling baik.”(Q.S. Shaad : 48)
Nabi ini termasuk hamba Allah yang terbaik. Konon nabi
inilah yang disebut dalam kitab Taurat. Di antara mukjizatnya adalah
menghidupkan kembali orang yang telah mati.
Ilyasa adalah rasul dari kalangan Bani Israel dari
garis keturunan yang sama dengan Musa, Harun serta Ilyas. Nama Ilyasa disebut
dalam kisah Ilyas, saat
rasul itu dikejar-kejar kaumnya dan bersembunyi di rumah Ilyasa.
Maka besar kemungkinan Ilyasa juga tinggal di
seputar lembah sungai Yordania. Ketika Ilyas bersembunyi di rumahnya, Ilyasa
masih seorang belia. Saat itu ia tengah menderita sakit. Ilyas membantu
menyembuhkan penyakitnya. Setelah sembuh, Ilyasa pun menjadi sahabat Ilyas yang
selalu mendampingi untuk menyeru ke jalan kebaikan. Ilyasa melanjutkan tugas
tersebut begitu Ilyas meninggal. Ilyasa kemudian mendapati bahwa manusia
ternyata begitu mudah kembali ke jalan sesat. Itu terjadi tak lama setelah
Ilyas wafat. Padahal masyarakat lembah sungai Yordania itu sempat mengikuti
seruan Ilyas agar meninggalkan pemujaannya pada berhala. Pada kalangan itulah
Ilyasa tak lelah menyeru ke jalan kebaikan. Dikisahkan bahwa mereka tetap tak
mau mendengar seruan Ilyasa, dan mereka kembali menanggung bencana kekeringan
yang luar biasa.
Hikmah yang Terkandung dari Kisah Nabi Ilyasa'
1.Nabi Ilyasa adalah anak angkat Nabi Ilyas A.S.
Kedua-duanya itu adalah rasul Allah.
2. Pada zaman Nabi lIyasa, umat Bani Israil hidup
aman dan makmur, karena mereka adalah orang-orang yang taat kepada ajaran Allah
yang disampaikan oleh Nabi lIyasa.
3. Setelah Nabi lIyasa wafat, umatnya kembali menjadi
orang-orang yang durhaka kepada Allah. Allah melenyapkan segala ni,kmat dan
kesenangan hid up, akhirnya mereka mendapat kesengsaraan. Selanjutnya pada
zaman itu lahirlah Nabi Yunus A.S.
4.Tiap-tiap umat yang durhaka di muka bumi ini,
didatangkanlah oleh Allah siksaan kepada mereka dan Allah mengganti lagi dengan
umat yang baru.
Kisah
Nabi Yahya AS
Nabi
Zakaria, ayahnya Nabi Yahya sedar dan mengetahui bahawa anggota-anggota
keluarganya, saudara-saudaranya, sepupu-sepupunya dan anak-anak saudaranya adalah
orang-orang jahat Bani Israil yang tidak segan-segan melanggar hukum-hukum
agama dan berbuat maksiat, disebabkan iman dan rasa keagamaan mereka belum
meresap betul didalam hati mereka, sehingga dengan mudah mereka tergoda dan
terjerumus ke dalam lembah kemungkaran dan kemaksiatan. Ia khuatir bila ajalnya
tiba dan meninggalkan mereka tanpa seorang waris yang dapat melanjutkan
pimpinannya atas kaumnya, bahawa mereka akan makin rusak dan makin berani
melakukan kejahatan dan kemaksiatan bahkan ada kemungkinan mereka mengadakan
perubahan-perubahan di dalam kitab suci Taurat dan menyalah-gunakan hukum-hukum
agama.
Kekhawatiran
itu selalu mengganggu fikiran Zakaria disamping rasa sedih hatinya bahawa ia
sejak kahwin hingga mencapai usia sembilan puluh tahun, Tuhan belum
mengurniakannya dengan seorang anak yang ia idam-idamkan untuk menjadi
penggantinya memimpin dan mengimami Bani Isra’il. Ia agak terhibur dari rasa
sedih dan kekhuatirannya semasa ia bertugas memelihara dan mengawasi Maryam
yang dapat dianggap sebagai anak kandungnya sendiri. Akan tetapi rasa sedihnya
dan keinginanya yang kuat untuk memperolhi keturunan tergugah kembali ketika ia
menyaksikan mukjizat hidangan makanan dimihrabnya Maryam. Ia berfikir didalam
hatinya bahawa tiada sesuatu yang mustahil di dalam kekuasaan Allah. Allah yang
telah memberi rezeki kepada Maryam dalam keadaan seorang diri tidak berdaya dan
berusaha, Dia pula berkuasa memberinya keturunan bila Dia kehendaki walaupun
usianya sudah lanjut dan rambutnya sudah penuh uban.
Pada suatu malam yang sudah larut
duduklah Zakaria di mihramnya menghiningkan cipta memusatkan fikiran kepada
kebesaran Allah seraya bermunajat dan berdoa dengan khusyuk dan keyakinan yang
bulat. Dengan suara yang lemah lembut berucaplah ia dalam doanya: “Ya Tuhanku
berikanlah aku seorang putera yang akan mewarisiku dan mewarisi sebahagian dari
keluarga Ya’qub, yang akan meneruskan pimpinan dan tuntunanku kepada Bani
Isra’il. Aku khuatir bahawa sepeninggalanku nanti anggota-anggota keluargaku
akan rusak kembali aqidah dan imannya bila aku tinggalkan mati tanpa seorang
pemimpin yang akan menggantikan aku. Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah
dan kepalaku telah dipenuhi uban sedang isteriku adalah seorang perempuan yang
mandul namun kekuasaan-Mu adalah diatas segala kekuasaan dan aku tidak
jemu-jemunya berdoa kepadamu memohon rahmat-Mu mengurniai kau seorang putera
yang soleh yang engkau redhai.”
Allah
berfirman memperkenankan permohonan Zakaria: “Hai Zakaria Kami memberi khabar
gembira kepadamu, kamu akan memperoleh seorang putera bernama Yahya yang soleh
yang membenarkan kitab-kitab Allah menjadi pemimpin yang diikuti bertahan diri
dari hawa nafsu dan godaan syaitan serta akan menjadi seorang nabi.”
Berkata Zakaria: “Ya
Tuhanku bagaimana aku akan memperolehi anak sedangkan isteri adalah seorang
perempuan yang mandul dan aku sendiri sudah lanjut usianya.”
Allah
menjawab dengan firman-Nya: “Demikian itu adalah suatu hal yang mudah bagi-Ku.
Tidakkah aku telah ciptakan engkau padahal engkau di waktu itu belum ada sama
sekali?” Berkata Zakaria: “Ya Tuhanku, berilah aku akan suatu tanda bahawa
isteri aku telah mengandung.” Allah berfirman: “Tandanya bagimu bahawa engkau
tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari berturut-turut kecuali
dengan isyarat. Dan sebutlah nama-Ku sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah
diwaktu petang dan pagi hari.”
Nabi
Yahya bin Zakaria a.s. tidak banyak dikisahkan oleh Al-Quran kecuali bahawa ia
diberi ilmu dan hikmah selagi ia masih kanak-kanak dan bahawa ia seorang putera
yang berbakti kepada kedua ora ng tuanya dan bukanlah orang yang sombong
durhaka. Ia terkenal cerdik pandai, berfikiran tajam sejak ia berusia muda,
sangat tekun beribadah yang dilakukan siang dan malam sehingga berpengaruh
kepada kesihatan badannya dan menjadikannya kurus kering, wajahnya pucat dan
matanya cekung.
Ia
dikenal oleh kaumnya sebagai orang alim menguasai soal-soal keagamaan, hafal
kitab Taurat, sehingga ia menjadi tempat bertanya tentang hukum-hukum agama. Ia
memiliki keberanian dalam mengambil sesuatu keputusan, tidak takut dicerca
orang dan tidak pula menghiraukan ancaman pihak penguasa dalam usahanya
menegakkan kebenaran dan melawan kebathilan.
Ia
selalu menganjurkan orang-orang yang telah berdosa agar bertaubat dari dosanya.
Dan sebagai tanda taubatnya mereka dipermandikan { dibaptiskan } di sungai
Jordan, kebiasaan mana hingga kini berlaku di kalangan orang-orang Kristian dan
kerana Nabi Yahya adalah orang pertama yang mengadakan upacara
itu, maka ia dijuluki “Yahya Pembaptis”.
Dikisahkan
bahawa Hirodus Penguasa Palestin pada waktu itu mencintai anak saudaranya
sendiri bernama Hirodia, seorang gadis yang cantik, ayu, bertubuh lampai dan
ramping dan berhasrat ingin mengahwininya. Sang gadis berserta ibunya dan
seluruh anggota keluarga menyentujui rencan perkahwinan itu, namun Nabi Yahya
menentangnya dan mengeluarkan fakwa bahawa perkahwinan itu tidak boleh
dilaksanakan kerana bertentangan dengan syariat Musa yang mengharamkan seorang
mengahwini anak saudaranya sendiri.
Berita
rencana perkahwinan Hirodus dan Hirodia serta fatwa Nabi Yahya yang melarangnya
tersiar di seluruh pelosok kota dan menjadi pembicaraan orang di segala tempat
di mana orang berkumpul. Herodia si gadis cantik calon isteri itu merasa sedih
bercampur marah terhadap Nabi Yahya yang telah mengeluarkan fatwa mengharamkan
perkahwinannya dengan bapa saudaranya sendiri, fatwa mana telah membawa reaksi
dan pendapat dikalangan masyarakat yang luas. Ia khuatir bahawa bapa saudaranya
Herodus calon suami dapat terpengaruh oleh fatwa Nabi Yahya itu dan terpaksa
membatalkan perkahwinan yang sudah dinanti-nanti dan diidam-idamkan, bahkan
bahkan sudah menyiapkan segala sesuatu berupa pakaian mahupun peralatan yang
perlu untuk pesta perkahwinan yang telah disepakati itu.
Menghadapi
fatwa Nabi Yahya dan reaksi masyarakat itu, Herodia tidak tinggal diam. Ia
berusaha dengan bersenjatakan kecantikkan dan parasnya yang ayu itu
mempengaruhi bapa saudaranya calon suaminya agar rencana perkahwinan
dilaksanakan menurut rencana. Dengan merias diri dan berpakaian yang
merangsang, ia pergi mengunjungi bapa saudaranya Herodus yang sedang dilanda
mabuk asmara. Bertanya Herodus kepada anak saudaranya calon isterinya yang
nampak lebih cantik daripada biasa : “Hai manisku, apakah yang dapat aku
berbuat untukmu. Katakanlah aku akan patuhi segala permintaanmu, kedatanganmu
kemari pada saat ini tentu didorong oleh sesuatu hajat yang mendesak yang ingin
engkau sampaikan kepadaku. Sampaikanlah kepadaku tanpa ragu-ragu, hai sayangku,
aku sedia melayani segala keperluan dan keinginanmu.”
Herodia
menjawab: “Bila Tuan Raja berkenan, maka aku hanya mempunyai satu permintaan
yang mendorongku datang mengunjungi Tuanku pada saat ini. Permintaanku yang
tunggal itu ialah kepala Yahya bin Zakaria orang yang telah mengacau rencana
kita dan mencemarkan nama baik Tuan Raja dan namaku sekeluarga di segala tempat
dan penjuru. Supaya dia dipenggal kepalanya. Alangkah puasnya hatiku dan
besarnya terima kasihku, bila Tuanku berkenan meluluskan permintaanku ini”.
Herodus
yang sudah tergila-gila dan tertawan hatinya oleh kecantikan dan keelokan
Herodia tidak berkulik menghadapi permintaan calon isterinya itu dan tidak
dapat berbuat selain tunduk kepada kehendaknya dengan mengabaikan suara hati
nuraninya dan panggilan akal sihatnya. Demikianlah maka tiada berapa lama
dibawalah kepala Yahya bin Zakaria berlumuran darah dan diletakkannya di depan
kesayangannya Herodia yang tersenyum tanda gembira dan puas hati bahawa
hasratnya membalas dendam terhadap Yahya telah terpenuhi dan rintangan utama
yang akan menghalangi rencana perkahwinannta telah tersingkirkan, walaupun
perbuatannya itu menurunkan laknat Tuhan atas dirinya, diri rajanya dan Bani
Isra’il seluruhnya.
Kisah Nabi Luth AS
Nabi
Luth adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim. Ayahnya yang bernama Hasan bin
Tareh adalah saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Ia beriman kepada bapa
saudaranya Nabi Ibrahim mendampinginya dalam semua perjalanan dan sewaktu
mereka berada di Mesir berusaha bersama dalam bidang perternakan yang berhasil
dengan baik binatang ternaknya berkembang biak sehingga dalam waktu yang
singkat jumlah yang sudah berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat
yang disediakan . Akhirnya perkongsian Ibrahim-Luth dipecah dan binatang
ternakan serta harta milik perusahaan mereka di bahagi dan berpisahlah Luth
dengan Ibrahim pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum.
Nabi
Luth Diutuskan Oleh Allah Kepada Rakyat Sadum.Masyarakat Sadum adalah
masyarakat yang rendah tingkat moralnya,rosak mentalnya, tidak mempunyai
pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran
bermaharajalela dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian dan perampasan harta
milik merupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat menjadi kuasa sedang yang
lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang
paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan homoseks
{liwat} di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya. Kedua-dua
jenis kemungkaran ini begitu bermaharajalela di dalam masyarakat sehinggakan
ianya merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sadum.
Seorang
pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari diganggu oleh mereka.
Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya,
jika ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat.
Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas
elok maka ia akan menjadi rebutan di antara mereka dan akan menjadi korban
perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan
muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.
Kepada
masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan moralnya dan sedemikian paras
penyakit sosialnya diutuslah nabi Luth sebagai pesuruh dan Rasul-Nya untuk
mengangkat mereka dari lembah kenistaan ,kejahilan dan kesesatan serta membawa
mereka alam yang bersih ,bermoral dan berakhlak mulia. Nabi Luth mengajak
mereka beriman dan beribadah kepada Allah meninggalkan kebiasaan mungkar
menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan yang diilhamkan oleh iblis
dan syaitan. Ia memberi penerang kepada mereka bahawa Allah telah mencipta
mereka dan alam sekitar mereka tidak meredhai amal perbuatan mereka yang
mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan tidak sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan bahawa Allah akan memberi ganjaran setimpal dengan amal
kebajikan mereka. Yang berbuat baik dan beramal soleh akan diganjar dengan
syurga di akhirat sedang yang melakukan perbuatan mungkar akan di balaskannya
dengan memasukkannya ke dalam neraka Jahanam. Allah SWT berfirman:
"Kaum Luth telah
mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka Luth, berkata kepada mereka:
Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan
(yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah
kepadaku." (QS. asy-Syu'ara: 160-163)
Dengan
kelembutan dan kasih sayang semacam ini, Nabi Luth berdakwah kepada kaumnya.
Beliau mengajak mereka untuk hanya menyembah kepada Allah SWT yang tiada sekutu
bagi-Nya. Dan melarang mereka untuk melakukan kejahatan dan kekejian. Namun
dakwah beliau berhadapan dengan hati yang keras dan jiwa yang sakit serta
penolakan yang berasal dari kesombongan.
Kaum
Nabi Luth melakukan berbagai kejahatan yang tidak biasa dilakukan oleh penjahat
manapun. Mereka merampok dan berkhianat kepada sesama teman serta berwasiat
dalam kemungkaran. Bahkan catatan kejahatan mereka ditambah dengan kejahatan
baru yang belum pernah terjadi di muka bumi. Mereka memadamkan potensi
kemanusiaan mereka dan daya kreativiti yang ada dalam diri mereka. Yaitu
kejahatan yang belum pernah dilakukan seseorang pun sebelum mereka di mana
mereka berhubungan seks dengan sesama kaum lelaki (homo seks). Allah SWT
berfirman:
"Dan (ingatlah
kisah) Luth, ketika ia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan
perbuatan keji itu sedang kamu melihat(nya). Mengapa kamu mendatangi laki-laki
untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan mendatangi wanita? Sebenarnya kamu adalah
kaum yang tidak dapat mengetahui (akibat perbuatanmu)." (QS. an-Naml:
54-55)
Nabi
Luth menyampaikan dakwah kepada mereka dengan penuh ketulusan dan kejujuran,
namun apa gerangan jawapan dari kaumnya:
"Maka tidak lain
jawapan kaumnya melainkan mengatakan: 'Usirlah Luth beserta keluarganya dari
negerimu; kerana sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwahkan
dirinya) bersih.'" (QS. an-Naml: 56)
Mengapa
mereka menjadikan sesuatu yang patut dipuji menjadi sesuatu yang tercela yang
kemudian harus diusir dan dikeluarkan. Tampak bahawa jiwa kaum Nabi Luth benar-benar
sakit dan mereka justru menganiaya diri mereka sendiri serta bersikap angkuh
terhadap kebenaran. Akhirnya, kaum lelaki cenderung kepada sesama jenis mereka,
bukan malah cenderung kepada wanita. Sungguh aneh ketika mereka menganggap
kesucian dan kebersihan sebagai kejahatan yang harus disamakan. Mereka
orang-orang yang sakit yang justru menolak ubat dan memeranginya. Tindakan kaum
Nabi Luth membuat had beliau bersedih. Mereka melakukan kejahatan secara
terang-terangan di tempat-tempat mereka. Ketika mereka melihat seorang asing
atau seorang musafir atau seorang tamu yang memasuki kota, maka mereka
menangkapnya. Mereka berkata kepada Nabi Luth, "sambutlah tamu- tamu
perempuan dan tinggalkanlah untuk kami kaum lelaki." Mulailah perilaku mereka
yang keji itu terkenal.
Nabi
Luth memerangi mereka dalam jihad yang besar. Nabi Luth mengemukakan
argumentasi. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu,
dan Nabi Luth terus berdakwah. Namun tak seorang pun yang mengikutinya dan
tiada yang beriman kepadanya kecuali keluarganya, bahkan keluarganya pun tidak
beriman semuanya. Isteri Nabi Luth kafir seperti isteri Nabi Nuh:
"Allah membuat
isteri Nuh dan isteri Luth perumpamaan bagi orang- orang kafir. Keduanya berada
di bawah pengawasan dua orang hamba yang soleh di antara hamba-hamba Kami; lalu
kedua isteri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu
tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (seksa) Allah; dan dikatakan
(kepada keduanya): 'Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk
neraka.'" (QS. at-Tahrim: 10)
Jika
rumah adalah tempat istirahat yang di dalamnya seseorang mendapatkan
ketenangan, maka Nabi Luth terseksa, baik di luar rumah mahupun di dalamnya.
Kehidupan Nabi Luth dipenuhi dengan mata rantai penderitaan yang keras namun
beliau tetap sabar atas kaumnya. Berlalulah tahun demi tahun tetapi tak seorang
pun yang beriman kepadanya, bahkan mereka mulai mengejek ajarannya dan
mengatakan apa saja yang ingin mereka katakan:
"Datangkanlah
kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang- arang yang benar." (QS.
al-'Ankabut: 29)
Ketika
terjadi hal tersebut, Nabi Luth berputus asa kepada mereka dan ia berdoa kepada
Allah SWT agar menolongnya dan menghancurkan orang- orang yang membuat
kerosakan. Akhirnya, para malaikat keluar dari tempat Nabi Ibrahim menuju desa
Nabi Luth. Mereka sampai saat Ashar. Mereka mencapai pagar-pagar Sudum. Sungai
mengalir di tengah-tengah tanah yang penuh dengan tanaman yang hijau. Sementara
itu, anak perempuan Nabi Luth berdiri sedang memenuhi tempat airnya dari air
sungai itu. Ia mengangkat wajahnya sehingga menyaksikan mereka. Ia tampak
kehairanan melihat kaum lelaki yang memiliki ketampanan yang mengagumkan. Salah
seorang malaikat bertanya kepada anak kecil itu: "Wahai anak perempuan,
apakah ada rumah di sini?" Ia berkata (saat itu ia mengingat kaumnya),
"Hendaklah kalian tetap di situ sehingga aku memberitahu ayahku dan
kemudian akan kembali pada kalian." Ia meninggalkan wadah airnya di sisi
sungai dan segera menuju ayahnya.
"Ayahku,
ada pemuda-pemuda yang ingin menemuimu di pintu kota. Aku belum pernah melihat
wajah-wajah seperti mereka," kata anak itu dengan nada gugup. Nabi Luth
berkata kepada dirinya sendiri: Ini adalah hari yang dahsyat. Beliau segera
berlari menuju tamu-tamunya. Ketika Nabi Luth melihat mereka, beliau merasakan
kehairanan yang luar biasa. Beliau berkata: "Ini adalah hari yang
dahsyat." Beliau bertanya kepada mereka: "Dari mana mereka datang dan
apa tujuan mereka?" Mereka malah terdiam dan justru memintanya untuk menjamu
mereka." Nabi Luth tampak malu di hadapan mereka, kemudian beliau berjalan
di depan mereka sedikit lalu beliau berhenti sambil menoleh kepada mereka dan
berkata: "Saya belum mengetahui kaum yang lebih keji di muka bumi ini
selain penduduk negeri ini." Beliau mengatakan demikian dengan maksud agar
mereka mengurungkan niat mereka untuk bermalam di negerinya. Namun mereka tidak
peduli dengan ucapan Nabi Luth dan mereka tidak memberikan komentar atasnya.
Nabi
Luth kembali berjalan bersama mereka dan beliau selalu berusaha untuk
mengalihkan pembicaraan tentang kaumnya. Nabi Luth memberitahu mereka bahawa
penduduk desanya sangat jahat dan menghinakan tamu-tamu mereka. Di samping itu,
mereka juga membuat kerosakan di muka bumi dan seringkali terjadi pertentangan
di dalam desanya. Pemberitahuan tersebut dimaksudkan agar para tamunya
membatalkan niat mereka untuk bermalam di desanya tanpa harus melukai perasaan
mereka dan tanpa menghilangkan penghormatan pada tamu. Nabi Luth berusaha dan
mengisyaratkan kepada mereka untuk melanjutkan perjalanannya tanpa harus mampir
di negerinya. Namun tamu-tamu itu sangat menghairankan. Mereka tetap berjalan
dalam keadaan diam. Ketika Nabi Luth melihat tekad mereka untuk tetap bermalam
di kota, beliau meminta kepada mereka untuk tinggal di suatu kebun sehingga
datang waktu Maghrib dan kegelapan menyelimuti segala penjuru kota. Nabi Luth
sangat bersedih dan dadanya menjadi sempit. kerana rasa takutnya dan
penderitaannya sehingga ia lupa untuk memberi mereka makanan. Kegelapan mulai
menyelimuti kota. Nabi Luth menemani tiga tamunya itu berjalan menuju rumahnya.
Tak seorang pun dari penduduk kota yang melihat mereka. Namun isterinya melihat
mereka sehingga ia keluar menuju kaumnya dan memberitahu mereka kejadian yang
dilihatnya. Kemudian tersebarlah berita dengan begitu cepat dan selanjutnya
kaum Nabi Luth menemuinya. Allah SWT berfirman:
"Dan tatkala
datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan
merasa sempit dadanya kerana kedatangan mereka, dan dia berkata: 'Ini adalah
hari yang amat sulit.' Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergesa-gesa. Dan
sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji." (QS.
Hud: 77-78)
Mulailah
terjadi hari yang sangat keras. Kaum Nabi Luth bergegas menuju padanya. Nabi
Luth bertanya pada dirinya sendiri: "Siapa gerangan yang memberitahu
mereka?" Kemudian ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari isterinya
namun ia tidak menemuinya. Maka bertambahlah kesedihan Nabi Luth. Kaum Nabi
Luth berdiri di depan pintu rumah. Nabi Luth keluar kepada mereka dengan penuh
harap, bagaimana seandainya mereka diajak berfikir secara sehat? Bagaimana
seandainya mereka diajak menggunakan fitrah yang sehat? Bagaimana seandainya
mereka tergugah dengan kecenderungan yang sehat terhadap jenis lain yang Allah
SWT ciptakan untuk mereka? Bukankah di dalam rumah mereka terdapat kaum wanita?
Seharusnya wanitalah yang menjadi kecenderungan mereka, bukan malah mereka
cenderung kepada sesama lelaki.
"Dia
berkata: 'Hai kaumku, inilah puteri-puteri (negeriku) mereka lebih suci bagimu,
maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap
tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal." (QS. Hud: 78)
"Inilah
puteri-puteri (negeriku)." Apa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut?
Nabi Luth ingin berkata kepada mereka: "Di hadapan kalian terdapat
wanita-wanita di bumi. Mereka lebih suci bagi kalian dalam bentuk kesucian jiwa
dan fizik. Ketika kalian cenderung kepada mereka, maka kecenderungan itu merupakan
pelaksanaan dari fitrah yang sehat." "Maka bertakwalah kalian kepada
Allah." Nabi Luth berusaha menjamah jiwa mereka dari sisi takwa setelah
menjamahnya dari sisi fitrah. Bertakwalah kepada Allah SWT dan ingatlah bahawa
Allah SWT mendengar dan melihat serta akan murka dan menyeksa orang-orang yang
derhaka. Seharusnya orang yang berakal sehat menghindari murka- Nya.
"Dan
janganlah kalian mencemarkan namaku terhadap tamuku ini." Ini adalah usaha
gagal dari beliau yang mencuba menggugah kemuliaan dan tradisi mereka sebagai
orang Badwi yang harus menghormati tamu, bukan malah menghinakannya.
"Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?" Tidakkah di antara
kalian terdapat orang yang mempunyai fikiran yang sehat? Tidakkah di antara
kalian terdapat laki-laki yang berakal? Apa yang kalian inginkan jika memang
terwujud, maka itu hakikat kegilaan. Akal adalah sarana yang tepat bagi kalian
untuk mengetahui kebenaran. Sesungguhnya perkara tersebut sangat jelas
kebenarannya jika kalian memperhatikan fitrah, agama, dan harga diri."
Kaumnya menunggu hingga beliau selesai dari nasihatnya yang singkat lalu mereka
tertawa terbahak-bahak. Kalimat Nabi Luth yang suci itu tidak mampu mengubah
pendirian jiwa yang sakit, hati yang beku, dan fikiran yang bodoh:
"Mereka
menjawab: 'Sesungguhnya kamu telah tahu bahawa kami tidak mempunyai keinginan
terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang
sebenarnya kami kehendaki.'" (QS. Hud: 79)
Demikianlah tampak
dengan jelas bahawa kebenaran tersembunyi di balik pengkaburan, suatu hal yang
diketahui oleh dunia semuanya. Mereka tidak mengatakan kepadanya apa yang
mereka inginkan kerana dunia mengetahuinya dan selanjutnya ia juga mengetahui,
yakni isyarat yang buruk pada perbuatan yang buruk. Nabi Luth merasakan
kesedihan dan kelemahannya di tengah-tengah kaumnya. Dengan marah Nabi Luth
memasuki rumahnya dan menutup pintu rumahnya. Ia berdiri mendengarkan tertawa
dan celaan serta pukulan terhadap pintu rumahnya. Sementara itu, orang-orang
asing yang dijamu oleh Nabi Luth tampak duduk dalam keadaan tenang dan terpaku.
Nabi Luth merasakan kehairanan dalam dirinya ketika melihat ketenangan mereka.
Dan pukulan-pukulan yang ditujukan pada pintu semakin kencang. Mulailah
kayu-kayu pintu itu tampak rosak dan lemah, lalu Nabi Luth berteriak dalam
keadaan kesal:
"Luth berkata:
'Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat
berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).'" (QS. Hud: 80)
Nabi
Luth berharap akan mendapatkan kekuatan sehingga dapat melindungi para tamunya.
Beliau mengharapkan seandainya terdapat benteng yang kuat yang dapat
melindunginya, yaitu benteng Allah SWT yang di dalamnya para nabi dan
kekasih-kekasih-Nya dilindungi. Berkenaan dengan hal itu, Rasulullah berkata
saat membaca ayat tersebut: "Allah SWT menurunkan rahmat atas Nabi Luth.
Ia berlindung pada benteng yang kukuh." Ketika penderitaan mencapai
puncaknya dan Nabi Luth mengucapkan kata-katanya yang terbang laksana burung
yang putus asa, para tamunya bergerak dan tiba-tiba bangkit. Mereka
memberitahunya bahawa ia benar-benar akan terlindung di bawah benteng yang
kuat:
"Para utusan
(malaikat) berkata: 'Hai Luth sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu,
sekali-sekali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu." (QS. Hud: 81)
Jangan berkeluh kesah
wahai Luth dan jangan takut. Kami adalah para malaikat, dan kaum itu tidak akan
mampu menyentuhmu. Tiba-tiba pintu terbelah. Jibril bangkit dan ia menunjuk
dengan tangannya secara cepat sehingga kaum itu kehilangan matanya. Lalu mereka
tampak serampangan di dalam dinding dan mereka keluar dari rumah dan mereka
mengira bahawa mereka memasukinya. Jibril as menghilangkan mata mereka.
Allah SWT berfirman:
"Dan
sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada
mereka), lalu kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan
ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang
kekal." (QS. al-Qamar: 37-38). Para malaikat menoleh kepada Nabi Luth dan
memerintahkan kepadanya untuk membawa keluarganya di tengah malam dan keluar.
Mereka mendengar suara yang sangat mengerikan dan akan menggoncangkan gunung.
Seksa apa ini? Ini adalah seksa dari bentuk yang aneh. Para malaikat
memberitahunya bahawa isterinya termasuk orang-orang yang menentangnya.
isterinya adalah seorang kafir seperti mereka, sehingga jika turun azab kepada
mereka, maka ia pun akan menerimanya.
Keluarlah wahai Luth
kerana keputusan Tuhanmu telah ditetapkan. Nabi Luth bertanya kepada malaikat:
"Apakah sekarang akan turun azab kepada mereka?" Para malaikat
memberitahunya bahawa mereka akan terkena azab pada waktu Subuh. Bukankah waktu
Subuh itu sangat dekat?
Allah berfirman SWT:
"Pergilah
dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah
ada seorang pun di antara kalian yang tertinggal, kecuali isterimu Sesungguhnya
dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka kerana sesungguhnya saat jatuhnya
azab kepada mereka adalah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?"
(QS. Hud: 81)
Nabi Luth keluar
bersama anak-anak perempuannya dan isterinya. Mereka keluar di waktu malam. Dan
tibalah waktu Subuh. Kemudian datanglah perintah Allah SWT:
"Maka tatkala
datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami
balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan
bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan seksaan itu tiadalah jauh
dari orang- orang yang lalim. " (QS. Hud: 82-83)
Para
ulama berkata: "Jibril menghancurkan dengan ujung sayapnya tujuh kota
mereka. Jibril mengangkat semuanya ke langit sehingga para malaikat mendengar
suara ayam-ayam mereka dan gonggongan anjing mereka. Jibril membalikkan tujuh
kota itu dan menumpahkannya ke bumi. Saat terjadi kehancuran, langit menghujani
mereka dengan batu- batu dari neraka Jahim. Yaitu batu-batu yang keras dan kuat
yang datang silih berganti. Neraka Jahim terus menghujani mereka sehingga kaum
Nabi Luth musnah semuanya. Tiada seorang pun di sana. Semua kota- kota hancur
dan ditelan bumi sehingga terpancarlah air dari bumi. Hancurlah kaum Nabi Luth
dan hilanglah kota-kota mereka. Nabi Luth mendengar suara-suara yang
mengerikan. isterinya melihat sumber suara dan dia pun musnah."
Allah SWT berfirman
tentang kota-kota Luth:
"Lalu Kami
keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan
Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang
berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang
yang takut kepada seksa yang pedih. " (QS. adz-Dzariyat: 35-37)
"Dan
sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui
manusia)." (QS. al-Hijr: 76). "Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk
Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di
waktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkannya." (QS. ash-Shaffat:
137-138)
Yakni ia adalah bukti
kekuasaan Allah SWT yang zahir. Para ulama berkata: "bahawa kota-kota yang
tujuh menjadi danau yang aneh di mana airnya asin dan deras airnya lebih besar
dari derasnya air laut yang asin. Dan di dalam danau ini terdapat batu-batu
tarnbang yang mencair. Ini mengisyaratkan bahawa batu-batu yang ditimpakan pada
kaum Nabi Luth menyerupai butiran-butiran api yang menyala. Ada yang mengatakan
bahawa danau yang sekarang bernama al-Bahrul Mayit yang terletak di Palestina
adalah kota-kota kaum Nabi Luth."
Kisah Nabi Zulkifli AS
Zulkifli adalah anak Nabi
Ayyub AS. Dengan demikian ia masih cucu nabi Ibrahim AS. Zulkifli diangkat menjadi nabi dan rasul sesudah ayahnya.
Nama kecilnya adalah Basyar dan ia termasuk orang yang sabar. Sejak kecil hingga dewasa tidak pernah bohong. Semua
janji yang diucapkannya selalu ditepati sehingga teman-temannya dan orang-orang
sangat senang padanya. Bagi orang yang belum kenal dengannya lebih dalam akan
senang melihatnya karena semua tingkah lakunya mencerminkan kebenaran.
Ketika mendapat
cobaan dari Allah SWT, ia tidak pernah mengeluh sedikitpun, bahkan ia lebih
mendekatkan dirinya kepada-Nya. Kesabarannya telah diabadikan Allah SWT di
dalam Al Qur'an Surah Al Anbiya': 85 - 86. Kesabaran yang ada pada dirinya
kelak akan membawanya menjadi seorang Raja seperti yang telah diucapkan nabi
Ibrahim AS dan Nabi Ishaq AS. Semua keturunannya akan menjadi pemimpin dan
panutan bagi kaumnya.
Zulkifli Menjadi Raja
Diceritakan bahwa pada masa kenabian Zulkifli, ada seorang raja yang sudah tua dan tidak diberi keturunan sama sekali. Ia sangat bingung dan gelisah mengenai penggantinya kelak. Raja itu adalah pemimpin yang bijaksana. Ia tidak pernah mementingkan dirinya, semua pikirannya ditumpahkan pada negaranya. Suatu hari raja mengadakan sayembara kepada suluruh rakyatnya. Isi sayembara itu ialah untuk memberi kesempatan kepada seluruh rakyatnya agar bisa memimpin negaranya. Persyaratan yang diminta sangatlah berat bagi ukuran rakyatnya. Meskipun demikian raja tetap mengajukan persyaratan itu sebab ia fikir jika pada siang hari puasa dan malam hari menjalankan ibadah tentu akan dicontoh rakyatnya. Jika Raja yang akan menggantikannya tidak pernah menjalankan persyaratan itu tentulah rakyatnya akan meniru pula. Kabar sayembara itu sangatlah cepat menyebar. Dalam waktu singkat, rakyat berdatangan menuju istana. Hampir semua lapisan masyarakat datang untuk mengikuti sayembara tersebut. Zulkifli juga hadir dengan perasaan tidak menentu.
Tibalah saatnya mereka berkumpul di alun-alun yang luas. Raja sejak pagi ada di sana. Ia berkata kira-kira: "Wahai rakyatku, kini usiaku sudah tua dan tidak memperoleh seorang keturunanpun. Maka untuk meneruskan kejayaan kerajaan ini, aku mengambil salah satu dari kalian. Aku tidak ingin raja yang hendak menggantikan kedudukanku dari insan sembarangan. Ketahuilah bahwa titah raja selalu dituruti dan tingkah laku rajanya akan diikuti oleh rakyatnya. Untuk itulah aku mengajukan satu persyaratan, yaitu pada siang hari melakukan puasa dan malam hari melakukan ibadah."
Raja memberikan kesempatan kepada rakyatnya untuk mengangkat tangannya yang sanggup menjalankan persyaratan itu. Namun tidak ada seorangpun yang mengangkat tangannya. Tiba-tiba, Zulkifli mengangkat tangannya dan berkata (kira-kira):" Hamba sanggup menjalankan puasa di siang hari dan menjalankan ibadah di malam hari."
Para hadirin merasa terkejut denga ucapan Zulkifli. Begitu pula raja. Ia tidak yakin padanya karena usianya masih sangat muda. Bagaimana mungkin ia sanggup menjalankan persyaratan tersebut. Raja berkata: "Hai anak muda, jangan main-main. Sayembara ini adalah untuk kepentingan rakyat dan negeri ini." Dengan tenang Zulkifli melangkah ke hadapan raja.
"Wahai raja junjungan hamba, saya tidak main-main dengan ucapanku. Saya akan berusaha untuk melakukan persyaratan yang paduka berikan.
Zulkifli Menjadi Raja
Diceritakan bahwa pada masa kenabian Zulkifli, ada seorang raja yang sudah tua dan tidak diberi keturunan sama sekali. Ia sangat bingung dan gelisah mengenai penggantinya kelak. Raja itu adalah pemimpin yang bijaksana. Ia tidak pernah mementingkan dirinya, semua pikirannya ditumpahkan pada negaranya. Suatu hari raja mengadakan sayembara kepada suluruh rakyatnya. Isi sayembara itu ialah untuk memberi kesempatan kepada seluruh rakyatnya agar bisa memimpin negaranya. Persyaratan yang diminta sangatlah berat bagi ukuran rakyatnya. Meskipun demikian raja tetap mengajukan persyaratan itu sebab ia fikir jika pada siang hari puasa dan malam hari menjalankan ibadah tentu akan dicontoh rakyatnya. Jika Raja yang akan menggantikannya tidak pernah menjalankan persyaratan itu tentulah rakyatnya akan meniru pula. Kabar sayembara itu sangatlah cepat menyebar. Dalam waktu singkat, rakyat berdatangan menuju istana. Hampir semua lapisan masyarakat datang untuk mengikuti sayembara tersebut. Zulkifli juga hadir dengan perasaan tidak menentu.
Tibalah saatnya mereka berkumpul di alun-alun yang luas. Raja sejak pagi ada di sana. Ia berkata kira-kira: "Wahai rakyatku, kini usiaku sudah tua dan tidak memperoleh seorang keturunanpun. Maka untuk meneruskan kejayaan kerajaan ini, aku mengambil salah satu dari kalian. Aku tidak ingin raja yang hendak menggantikan kedudukanku dari insan sembarangan. Ketahuilah bahwa titah raja selalu dituruti dan tingkah laku rajanya akan diikuti oleh rakyatnya. Untuk itulah aku mengajukan satu persyaratan, yaitu pada siang hari melakukan puasa dan malam hari melakukan ibadah."
Raja memberikan kesempatan kepada rakyatnya untuk mengangkat tangannya yang sanggup menjalankan persyaratan itu. Namun tidak ada seorangpun yang mengangkat tangannya. Tiba-tiba, Zulkifli mengangkat tangannya dan berkata (kira-kira):" Hamba sanggup menjalankan puasa di siang hari dan menjalankan ibadah di malam hari."
Para hadirin merasa terkejut denga ucapan Zulkifli. Begitu pula raja. Ia tidak yakin padanya karena usianya masih sangat muda. Bagaimana mungkin ia sanggup menjalankan persyaratan tersebut. Raja berkata: "Hai anak muda, jangan main-main. Sayembara ini adalah untuk kepentingan rakyat dan negeri ini." Dengan tenang Zulkifli melangkah ke hadapan raja.
"Wahai raja junjungan hamba, saya tidak main-main dengan ucapanku. Saya akan berusaha untuk melakukan persyaratan yang paduka berikan.
" Semula raja tidak
dapat menerimanya karena faktor usianya yang masih sangat muda. Namun raja juga
mempunyai keyakinan bahwa anak muda itu kelak akan memerintah rakyatnya dengan
penuh kebajikan sebab dari sekian banyak rakyatnya yang hadir di alun-alun itu,
hanya anak muda itu yang sanggup menjalankan persyaratan yang ia berikan.
Akhirnya raja setuju, dan sejak saat itu, Zulkifli dinobatkan menjadi raja.
Raja merasa senang sebab Zulkifli tetap memenuhi janjinya bahwa ia akan
berpuasa di siang hari dan menjalankan ibadah di malam hari. Ia sangat yakin
kalau rakyatnya akan mendapatkan kedamaian di bawah kepemimpinan Zulkifli. Raja
yang tua itupun menghembuskan nafasnya terakhir dengan tenang. Namun sebelum ia menghembuskan bafasnya, ia sempat
berpesan kepada Zulkifli agar tetap menjalankan
persyaratannya sepeninggal dia. Ia takut kalau ia meninggal, Zulkifli akan
meninggalkan janjinya itu. Zulkifli meyakinkan raja dan bersumpah bahwa ia akan
tetap menjalankan persyaratan tersebut.
Iblis Menggoda Zulkifli
Karena Zulkifli sangat menghormati tamunya, maka iblis mencoba untuk menggodanya. Ia berpura-pura menjadi tamu di malam hari, ketika raja mau tidur.
"Siapa yang ada diluar, silahkan masuk!" Kata Raja setelah shalat. Setelah menunggu agak lama, terdengar pintu diketuk orang. Setelah dipersilahkan masuk oleh raja, tamu itu tidak menjawab sama sekali. Seusai dzikir, Nabi Zulkifli mendatangi pintu itu dan membukanya. Ia sangat heran sebab tidak ada orang. Begitu pintu ditutup, pintu kembali diketuk. Akhirnya Nabi Zulkifli membuka pintu itu dan tidak menutupnya. Ia yakin bahwa tamu yang hendak datang ke rumahnya mempunyai kepentingan yang harus diselesaikan malam itu juga. Ia berpikiran seperti itu sebab tidak pernah ia menerima tamu pada malam hari.
Tidak lama kemudian, muncullah tamu yang ditunggu-tunggu itu. Terlebih dahulu ia mengucapkan salam dan dibalas dengan ucapan salam juga oleh Nabi Zulkifli. "Silahkan masuk tuan," kata Nabi Zulkifli mempersilahkan tamunya masuk. Kemudian mereka duduk berhadapan yang dibatasi oleh meja. Nabi Zulkifli kemudian menanyakan maksud kedatangannya. Tamu itu menundukkan mukanya dan menjawab:" Ampun tuanku, memang ada keperluan yang mendesak sekali sehingga hamba bertamu pada malam hari begini. Lagi pula rumah hamba sangatlah jauh dari sini." jawab tamu itu yang tidak lain adalah iblis yang menyerupai manusia.
"Ceritakan masalah yang sedang engkau hadapi, siapa tahu aku dapat membantunya," kata Nabi Zulkifli. Kemudian tamu itu menceritakan semua persoalannya. Pada dasarnya tamu itu meminta agar masalahnya dituntaskan pada malam itu juga. "Begini saja, biar penasehatku yang akan memecahkan masalah ini," kata Nabi Zulkifli. Namun tamu itu tetap ngotot agar Zulkifli langsung yang menyelesaikan persoalannya. Ia berkata:" Hamba tidak mau jika orang lain menyelesaikan persoalanku. Hamba mau tuan sendiri yang menyelesaikannya. Akhirnya Nabi Zulkifli bersedia menyelesaikan masalah itu sendiri. Tamunya pun puas. Raja pun pergi tidur. Namun sebelumnya ia menyuruh agar tamunya itu pulang besok pagi saja. Namun, betapa terkejutnya Nabi Zulkifli ketika pada pagi hari, tamunya sudah tidak ada lagi. Ia tahu bahwa tamu semalam adalah Iblis.
Meskipun jam tidurnya terganggu dengan adanya tamu itu, Nabi Zulkifli tidak pernah mengeluh sebab ia menganggap bahwa tamu adalah berkah. Menolak tamu berarti menolak berkah.
Iblis Menggoda Zulkifli
Karena Zulkifli sangat menghormati tamunya, maka iblis mencoba untuk menggodanya. Ia berpura-pura menjadi tamu di malam hari, ketika raja mau tidur.
"Siapa yang ada diluar, silahkan masuk!" Kata Raja setelah shalat. Setelah menunggu agak lama, terdengar pintu diketuk orang. Setelah dipersilahkan masuk oleh raja, tamu itu tidak menjawab sama sekali. Seusai dzikir, Nabi Zulkifli mendatangi pintu itu dan membukanya. Ia sangat heran sebab tidak ada orang. Begitu pintu ditutup, pintu kembali diketuk. Akhirnya Nabi Zulkifli membuka pintu itu dan tidak menutupnya. Ia yakin bahwa tamu yang hendak datang ke rumahnya mempunyai kepentingan yang harus diselesaikan malam itu juga. Ia berpikiran seperti itu sebab tidak pernah ia menerima tamu pada malam hari.
Tidak lama kemudian, muncullah tamu yang ditunggu-tunggu itu. Terlebih dahulu ia mengucapkan salam dan dibalas dengan ucapan salam juga oleh Nabi Zulkifli. "Silahkan masuk tuan," kata Nabi Zulkifli mempersilahkan tamunya masuk. Kemudian mereka duduk berhadapan yang dibatasi oleh meja. Nabi Zulkifli kemudian menanyakan maksud kedatangannya. Tamu itu menundukkan mukanya dan menjawab:" Ampun tuanku, memang ada keperluan yang mendesak sekali sehingga hamba bertamu pada malam hari begini. Lagi pula rumah hamba sangatlah jauh dari sini." jawab tamu itu yang tidak lain adalah iblis yang menyerupai manusia.
"Ceritakan masalah yang sedang engkau hadapi, siapa tahu aku dapat membantunya," kata Nabi Zulkifli. Kemudian tamu itu menceritakan semua persoalannya. Pada dasarnya tamu itu meminta agar masalahnya dituntaskan pada malam itu juga. "Begini saja, biar penasehatku yang akan memecahkan masalah ini," kata Nabi Zulkifli. Namun tamu itu tetap ngotot agar Zulkifli langsung yang menyelesaikan persoalannya. Ia berkata:" Hamba tidak mau jika orang lain menyelesaikan persoalanku. Hamba mau tuan sendiri yang menyelesaikannya. Akhirnya Nabi Zulkifli bersedia menyelesaikan masalah itu sendiri. Tamunya pun puas. Raja pun pergi tidur. Namun sebelumnya ia menyuruh agar tamunya itu pulang besok pagi saja. Namun, betapa terkejutnya Nabi Zulkifli ketika pada pagi hari, tamunya sudah tidak ada lagi. Ia tahu bahwa tamu semalam adalah Iblis.
Meskipun jam tidurnya terganggu dengan adanya tamu itu, Nabi Zulkifli tidak pernah mengeluh sebab ia menganggap bahwa tamu adalah berkah. Menolak tamu berarti menolak berkah.
0 komentar:
Posting Komentar